Langsung ke konten utama

Anak menjadi Katalisator Jitu dalam Pemasaran


Tanpa kita sadari media promosi lewat TV banyak membidik anak-nak kita sebagai alat katalisator informasi produk,yang ditirukan ulang lewat ucapan maupun gerakan oleh anak kita.Bahkan terkadang seorang anak melihat apapun yang ditayangkan di TV dan meminta pada orangtua mereka, meski mereka tidak sungguh membutuhkannya, hanya agar terlihat keren di lingkungannya.
Anak-anak akan melihat pada apa yang dapat mereka peroleh dari sebuah produk atau jasa yang ditawarkan (reward) meski hal itu tak sungguh-sungguh bernilai
Sangat tinggi tingkat penyerapan memori atas sebuah produk atas jasa (kemampuan fototropik yang masih tinggi cenderung membuat mereka menghafal bentuk, warna, dimensi dan rasa dari sebuah produk sebelum orangtua mereka.
Untuk produk-produk tertentu justru anaklah yang mengambil keputusan,tidak jarang itu adalah kebutuhan orang dewasa,seperti; sepeda motor,mobil, rumah, bahkan makanan dan tempat rekreasi.Untuk itu para usaha mikro khususnya sektor perdagangan juga harus mempertimbangkan faktor persepsi anak terhadap keberadaan produk/jasa kita sehingga kita tidak salah didalam merumuskan posisioning produk dimata konsumen.
Contoh:Usaha dibidang restoran atau mini market jika memasukkan anak sebagai salah satu unsur posisioning produk, maka pemberian hadiah mainan,fasilitas bermain,akan dapat lebih meningkatkan kepuasan dan daya tarik konsumen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua