Langsung ke konten utama

Penciptaan Wirausaha sebagai upaya untuk mengatasi penganguran dan pengentasan kemiskinan.

Wirausaha dinyatakan oleh Joseph Schumpeter yang dikutip oleh Buchari (2007) sebagai orang yang mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada.Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi.
Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, dalam Suryana, 2003).
Menurut Hisrich-Peters(1995) dalam Buchari (2007) entrepreneur are not born-they develop.Pendidikan formal dan pengalaman bisnis kecil-kecilan yang dimiliki seseorang dapat menjadi potensi utama untuk menjadi wirausaha yang berhasil.Menurut Bygrave(1994) dalam Buchari (2007) Ada beberapa faktor kritis yang berperan dalam menangkap peluang usaha yaitu:
1. Personal, menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang.
2. Sociological, menyangkut masalah hubungan dengan keluarga dsb.
3. Environmental, menyangkut hubungan dengan lingkungan
Faktor Sosial yang berpengaruh terhadap minat memulai bisnis ini ialah masalah tanggung jawab terhadap keluarga.Faktor lain yang berpengaruh dalam membuka bisnis ialah pertimbangan antara pengalaman dengan spirit, energi dan rasa optimis. Biasanya orang-orang muda lebih optimis, energik, dibandingkan dengan orang-orang yang sudah berumur. Oleh sebab itu, pembukaan usaha sebaiknya dilakukan pada saat seseorang memiliki rasa optimis dan sudah dipertimbangkan secara matang.
Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh Bygrave(1994) dalam Buchori (2007) menjadi urutan langkah-langkah berikut ini;
1. Proses Inovasi
Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah: keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, faktor pendidikan clan faktor pengalaman. Adanya inovasi yang berasal dari diri seseorang akan mendorong dia mencari pemicu ke arah memulai usaha.
2. Proses Pemicu
Beberapa faktor personal yang mendorong Triggering Event artinya yang memicu atau memaksa seseorang untuk terjun ke dunia bisnis adalah:
a) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang,
b) Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain,
c) Dorongan karena faktor usia,
d) Keberanian menanggung resiko,
e) dan komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis.
Faktor-faktor Environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah:
a) Adanya persaingan dalam dunia kehidupan
b) Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki tabungan, modal, warisan, memiliki bangunan yang lokasi strategis dan sebagainya.
c) Mengikuti latihan-latihan atau Incubator bisnis. Sekarang banyak kursus¬kursus bisnis dan lembaga manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan dan incubator bisnis.
d) Kebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit, dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh Depnaker.
Sedangkan faktor sosiologi yang menjadi pemicu serta pelaksanaan bisnis adalah:
a) Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha
b) Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan
c) Adanya pengalaman-pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya
d) Adanya Hubungan atau relasi dengan orang lain
e) Adanya teman atau kelompok yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha
3. Proses Pelaksanaan
Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah sebagai berikut:
a) Adanya seorang wirausaha yang sudah slap mental secara total.
b) Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama.
c) Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis.
d) Dan adanya visi, padangan yang jauh ke depan guna mencapai keberhasilan.
4. Proses Pertumbuhan
a) Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor organisasi antara lain:
b) Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif.
c) Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak.
d) Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah membudaya
e) Adanya produk yang dibanggakan.
Sedangkan faktor lingkungan yang mendorong implementasi dan pertumbuhan bisnis adalah :
a) Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan
b) Adanya konsumen dan pemasok barang yangkontinyu
c) Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberi fasilitas keuangan
d) Adanya sumber-sumber yang tersedia,yang masih bisa dimanfaatkan
e) Adanya kebijakan pemerintah yang menunjang berupa peraturan bidang ekonomi yang menguntungkan.
Seorang wirausaha memiliki karakteristik perilaku yang meliputi; Pengambilan inisiatif, mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis dan penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Faktor pendorong kewirausahaan bagi wirausaha menurut Doriot menekankan pentingnya aspek dari segi manusianya bukan idenya, karena ide itu akan dilaksanakan oleh orang yang bersangkutan, yang akan menentukan keberhasilan usaha dikelak kemudian hari.Seorang wirausahawan yang sukses,sebagai salah satu kuncinya ia harus mempunyai watak yang baik,dan menurut E hinsie et.al (dalam Buchari 2007) dikatakan bahwa inti dari watak ialah orientasi.
Krisis finansial global berdampak pada Indonesia tidak hanya depresiasi rupiah tetapi juga meningkatnya angka pengangguran,lembaga kajian ekonomi dan finansial, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memerkirakan lebih kurang 2 juta karyawan akan terkena PHK akibat imbas krisis finansial global..Kondisi ini perlu disikapi secara proaktif dengan cara memberikan respons yang tepat terhadap permasalahan tersebut.Untuk itu masyarakat harus diarahkan untuk melakukan perubahan perilaku yang positif,dengan mengarahkan mereka untuk menjadi wirausaha yang produktif,yang memiliki kemandirian dan tanggung jawab.
Keberadaan wanita juga sangat signifikan dalam pembangunan khususnya dalam menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga fenomena ini dapat dilihat pada, pertama, wanita di Jawa Timur telah memberikan peran yang semakin signifikan dari waktu ke waktu baik dari jumlah angkatan kerjanya 39,68 % ( BPS 1998 ) maupun proporsi keterlibatannya dalam perdagangan yakni mencapai 56,33 % ( BPS,1998 ) bahkan untuk perdagangan kecil diperkirakan lebih tinggi.Kedua, sumbangan wanita pengusaha kecil terhadap pendapatan rumah tangganya semakin meningkat dari periode ke periode .Hasil awal penelitian ini tahun 1997/1998 di Padang dan Denpasar menunjukkan “ share “ wanita pengusaha kecil terhadap pendapatan rumah tangganya saat mulai berdagang adalah rata-rata sekitar 43 % kemudian meningkat menjadi rata-rata 47 % pada saat terakhir survey dilakukan ( 1997 ),( Darwin,1998 ).Penelitian terdahulu tersebut mengungkapkan betapa pentingnya perana wanita pengusaha kecil baik dalam ekonomi rumah tangga maupun ekonomi nasional ( utamanya dalam penyerapan tenaga kerja ). Ketiga, penelitian terdahulu tentang wanita pengusaha kecil ( Darwin 1998 ) mengungkapkan bahwa persoalan lemahnya permodalan dan kemampuan pengelolaan merupakan masalah kunci yang harus dikaji sebelum menentukan program pengembangan usaha wanita pengusaha kecil (Darwin,1999). Keempat, pada dasarnya hasil wawancara mendalam dan observasi mengunkapkan masalah lemahnya kemampuan pengelolaan usaha wanita pengusaha kecil meliputi beberapa masalah pokok antara lain (1) Kelemahan dalam perencanaan usaha,(2) Kelemahan dalam administrasi dan pengaturan keuangan,(3) Kelemahan dalam berkreasi untuk mengatasi berbagai asalah usaha yang dihadapi seperti masalah modal, harga dan pasokan, pemasaran, persaingan, dan lain-lain,(4) Kelemahan dalam menyerap informasi dan belajar dari pengalaman,(5) Rendahnya visi kewirausahaan. (Darwin,1999).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua