Langsung ke konten utama

Orientasikan Bisnis Anda pada Kepuasan Pelanggan


Kepuasan konsumen adalah tujuan dari setiap aktivitas bisnis yang kita lakukan agar bisnis kita tetap survive dan sustainable.Prespektif kepuasan konsumen mengarahkan kita untuk berbuat dan memberikan yang terbaik pada setiap interaksi yang kita lakukan dengan pelanggan.Hal ini akan membangun sebuah ikatan yang kuat karena didasarkan pada prinsip yang saling menguntungkan
Kepuasan konsumen adalah tujuan dari setiap aktivitas bisnis yang kita lakukan agar bisnis kita tetap survive dan sustainable.Prespektif kepuasan konsumen mengarahkan kita untuk berbuat dan memberikan yang terbaik pada setiap interaksi yang kita lakukan dengan pelanggan.Hal ini akan membangun sebuah ikatan yang kuat karena didasarkan pada prinsip yang saling menguntungkan.
Lamb et al., (2001:88) mendefinisikan kepuasan konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan dan membuang barang-barang dan jasa yang dibeli serta juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk, kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari kualitas pelayanan dikurangi harapan pelanggan atau dapat dirumuskan sebagai berikut.
Satisfaction = f (Service Quality - Expectation)
1. Service quality < expectation. Keadaan ini terjadi apabila pelayanan yang diberikan perusahaan menurut pelanggan buruk. Selain tidak memuaskan, juga tidak sesuai
dengan harapan pelanggan.
2. Service quality = expectation. Keadaan ini terjadi apabila pelayanan yang diberikan dinilai oleh pelanggan adalah biasa-biasa saja. Di mata pelanggan kenyataan yang terjadi pada kinerja perusahaan dalam memberikan pelayanan tidak ada yang
istimewa dan dianggap sudah seharusnya begitu atau ideal.
3. Service quality > expectation. Kondisi ini terjadi bila pelanggan merasakan pelayanan yang diberikan tidak hanya sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan sekaligus memuaskan dan menyenangkan pelanggan.

Pelayanan tersebut biasanya disebut prima (excelence service) yang selalu diharapkan semua pelanggan. Penelitian mengenai kualitas pelayanan pada Zeithami et al., (1990) pada empat sektor credit-card customers, repair and maintenance, long distance telephone. Bank Costomers dari hasil penelitian ini pada dimensi kualitas jasa yaitu: responsiveness, assurance, tangible, empathy, reliability menunjukan babwa reliability
merupakan faktor penting dalam menentukan kepuasan pelanggan dengan bobot 32%, diikuti oleh responsiveness 22%, assurance 19%, empathy 16% dan tangible 11%. Murwanti dan Nursiam (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Mahasiswa Perguruan Tinggi di Surabaya, menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kesenjangan kualitas jasa dengan kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi ITS dan ITATS. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa reliability mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap kepuasan mahasiswa, diikuti oleh assurance, empathy dan tangible, sedangkan untuk dimensi responsiveness tidak berpengaruh secara signifikan. Pelayanan yang diterima menunjukkan kenyataan yang diterima konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Sedangkan harapan merupakan keinginan yang ingin dicapai oleh pelanggan dari pelayanan perusahaan. Arasy (2008) dalam penelitiannya tentang Perbandingan antara pelayanan yang diterima dengan harapan menimbulkan kesenjangan (gap), selanjutnya akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Dengan mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan maka dapat diketahui kualitas pelayanan public dari instansi pengelola kebutuhan primer. Berdasarkan analisis gap dapat diketahui bahwa dimensi responsiveness dan empathy mempunyai besar gap yang positif. Artinya, persepsi pelanggan dari instansi pengelola kebutuhan primer terhadap pelayanan yang diterima dari pihak dari instansi pengelola kebutuhan primer lebih tinggi dibandingkan dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan. Jadi, kualitas pelayanan yang diberikan pihak dari instansi pengelola kebutuhan primer lebih baik dilihat dari dimensi responsiveness dan empathy. Dimensi assurance, tangible, reliability diketahui mempunyai besar gap negatif. Artinya, harapan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan pihak dari instansi pengelola kebutuhan primer lebih tinggi dibandingkan dengan pelayanan yang diterima pelanggan selama ini. Jadi, pelayanan yang diberikan pihak dari instansi pengelola kebutuhan primer belum sesuai dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan dari instansi pengelola kebutuhan primer.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu