Langsung ke konten utama

Spiritual Marketing Kiat Bertahan DI Era Persaingan Ketat Perguruan Tinggi


Berdasarkan data dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, dari total jumlah penerimaan mahasiswa baru yang dijaring secara nasional sebanyak 363.198, saat ini di Indonesia terdapat sekitar 3.147 perguruan tinggi dengan 15.819 program studi.Berdasarkan data Diknas Jawa Timur jumlah lulusan SMA dan SMK 2010 sebanyak 328.571 .dan daya tampung 57 PTN di SMPTN 2009 ini jumlahnya 100.235 orang dan yang diterima 92.511 orang Sedangkan jumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jawa Timur sebanyak 7 PTN yang tersebar di 3 Kabupaten/Kota dan terdapat 301 perguruan tinggi swasta.
Jadi Jika diasumsikan mereka melanjutkan keperguruan tinggi sebanyak 20% maka jumlahnya adalah 65.714 dan apabila diasumsikan setiap perguruan tinggi di jatim memiliki kesempatan yang sama maka tingkat persaingan yang terjadi untuk Perguruan tinggi adalah maka tingkat persaingannya adalah 213 perperguruan tinggi.dan angka ini masih harus dikoreksi lagi dengan jumlah prodi dan klasifikasi perguruan tingginya yang berarti jumlahnya lebih kecil .Kondisi ini memaksa perguruan tinggi untuk memutar otak bagaimana supaya mereka menghadapi persaingan dan tetap bertahan hidup.
Sekarang merupakan era spiritual marketing dimana Hermawan Kartajaya(2007) mendefinisikan Spiritual marketing adalah bagaimana pemasar menyampaikan value dengan values. Sehingga produk/jasa yang dihasilkannya memperlihatkan compassion, mengunggulkan hasrat, mengincar keberlanjutan, dan terlihat berbeda dari produk lain.
Berdasarkan hal diatas maka dapat kita lihat bahwa spiritual marketing itu kuncinya ada pada kemampuan kita membangun suatu citra integritas melalui superioritas yang kita miliki,sehingga kita menjadi pemenang yang tidak hanya dikagumi oleh konsumen tetapi juga dipuja bahkan secara absolute dapat dikatakan kita menjadi idiologi mereka dalam mengambil suatu keputusan terhadap suatu produk tertentu. Pakar branding dan Direktur Etnomark Consulting Amalia E Maulana, Selasa (19/2/2010) di Jakarta, mengemukakan, PTS agar bisa terus eksis harus dapat menarik minat banyak calon mahasiswa baru dan harus berhasil mentransformasikan konsumen dari sekadar teman menjadi sahabat kental atau kekasih.
Agar bisa mencapai pada tahapan tersebut maka kita harus memahami bagaimana konsumen mengambil sebuah keputusan dalam pembelian.Menurut Kotler (2000:160-161) dan Lamb et al., (2001:188), ada lima tahapan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yaitu (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan pembelian, dan (5) perilaku pascapembelian, sedangkan Wilkie (1994:481) membagi tahapan konsumen dalam pengambilan keputusan menjadi tiga tahap: (1) aktivitas sebelum pembelian, (2) aktivitas pembelian, dan (3) aktivitas setelah pembelian. Perilaku pembelian dipengaruhi oleh internal konsumen yang meliputi: (1) faktor budaya konsumen, (2) tingkat sosial, (3) karakteristik pribadi atau individu, dan (4) faktor psikologis (Kotler, 2000:161; Lamb et al., 2001:201), sedangkan menurut Engel et al., (1994:46), internal konsumen terdiri atas: (1) budaya, (2) kelas sosial, (3) pribadi, (4) keluarga, dan (5) situasi.
Sejalan dengan hal tersebut maka sebuah perguruan tinggi untuk mampu membangun spiritual marketing maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
1.Perguruan Tinggi harus mampu bagaimana membangun sebuah nilai-nilai organisasi yang mampu diimplementasikan oleh seluruh anggota organisasi menjadi sebuah budaya. Budaya organisasi tersebut harus mendemonstrasikan pelayanan pada pelanggan. Perusahaan menaruh pelanggan pada tingkat yang pertama diatas lainnya.sehingga konsumen jatuh hati dan menjadikan kita sebagai kekasih.
2. Membagi dan menentukan segmentasi pasarnya dalam suatu kelas sosial yang akan dilayani secara fokus,Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal. Di Amerika kelas sosial dibagi atas: (1) kelas atas (kapitalis, menengah atas), (2) kelas menengah (kelas pekerja/karyawan), (3) kelas bawah (pekerja miskin) (Lamb et al., 2001:211).
3.Sesuaikan karakteristik organisasi kita dengan kepribadian konsumen yang menjadi segment kita. Setiap konsumen memiliki kepribadian yang unik. Kepribadian (personality) adalah menggabungkan antara tatanan psikologis dan pengaruh lingkungan. Termasuk watak dasar seseorang terutama karakteristik dominan mereka. Ciri-ciri kepribadian konsumen misalnya: kemampuan untuk beradaptasi, kebutuhan akan afiliasi hubungan), sikap agresif, kekuasaan, otonomi, dominasi, rasa hormat, pertahanan diri, emosionalisme, keteraturan, stabilitas, dan kepercayaan pada diri sendiri. Konsep diri atau persepsi diri adalah bagaimana konsumen mempersepsikan diri mereka sendiri. Konsep diri meliputi sikap, persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri. Meskipun konsep diri bisa berubah, perubahan tersebut biasanya bertahap. Lamb et al., (2001:222).Untuk itu sesuaikan karakter organisasi Perguruan Tinggi kita dengan kepribadian konsumen yang kita layani.Pilihan pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. (Kotler, 2000: 171; Wilkie; 1994:121).Menurut Kotler (2000:173), persepsi adalah proses yang digunakan oleh konsumen untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku konsumen yang timbul dari pengalamannya, sehingga saat konsumen bertindak pengetahuannya pun akan bertambah. Teori pembelajaran mengajarkan bahwa para pemasar dapat membangun permintaan sebuah produk dengan mengaitkannya pada dorongan yang kuat, dan memberikan penguatan yang positif. Perusahaan baru dapat memasuki pasar dengan menawarkan bujukan yang sama dengan yang digunakan pesaing dan memberikan konfigurasi sebagai isyarat untuk menarik perhatian yang serupa, karena pembeli lebih cenderung untuk mengalihkan kesetiaan mereka pada merek yang mirip. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut konsumen tentang suatu hal. Melalui tindakan dan belajar konsumen mendapatkan keyakinan dan sikap, keduanya mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan, pendapat, atau kepercayaan (faith). Keyakinan konsumen akan membentuk citra produk dan merek, serta konsumen akan bertindak berdasarkan citra tersebut. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan serta bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Sebaiknya perusahaan menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada dari pada berusaha untuk mengubah sikap konsumen, karena untuk merubah sikap dibutuhkan biaya yang besar.
4.Keluarga adalah entitas dari konsumen anda,yang juga harus diperhatikan untuk menjadi bagian yang harus dilayani.Karena keluargalah sebagai faktor eksternal utama yang mempengaruhi persepsi,membangun keyakinan dan mendorong konsumen untuk menentukan sikap dalam mengambil suatu keputusan.
5.Agar strategi yang kita pilih itu tepat dan sesuai dengan Situasi yang ada,sehingga kita mudah diterima oleh konsumen,maka kita perlu menggali berbagai informasi penting sehubungan dengan produk kita. Untuk itu kita butuh analisa situas Hasil analisa ini diperlukan agar kita yakin bahwa produk yang kita miliki dan atributnya memang sesuai dengan situasi wilayah dimana segment kita berada. Misalnya, sudah sesuai dengan budaya setempat, saluran komunikasinya sudah cocok atau belum, juga kita bisa tahu media atau jejaring apa saja yang bisa kita manfaatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua