Langsung ke konten utama

Strategi Membangun Universitas Menjadi Modern dan Bermutu


Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia modern berarti (1):terbaru; mutakhir: pasukan diperlengkapi dengan senjata-senjata ;(2) sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dng tuntutan zaman; sedangkan bermutu berarti;(1) baik (tinggi) mutunya; berbobot: ;(2) mempunyai mutu (kualitas):(3) bertaraf.Sehingga menjadi modern adalah membuat kita selalu mengikuti perkembangan zaman baik dalam cara berpikir dan bertindak,sedangkan bermutu adalah menjadikan sesuatu menjadi lebih baik,bernilai tinggi,terspesialisasi,dan terpercaya.Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita Universitas Narotama,yang merupakan salah satu Universitas unggulan di Surabaya yang dengan perlahan tapi pasti menapakkan dirinya menjadi Universitas yang Modern dan Bermutu Berbasis Teknologi Informasi
UNNAR yang berdiri pada tahun 1981 ini telah mempraktikkan manajemen modern. Berbeda dari kebanyakan universitas lainnya yang cenderung mengabaikan kepuasan konsumen. Sejak didirikan sudah dikelola secara professional dalam memuaskan pelanggannya, Dan, untuk mencapai kesempurnaan itu universitas ini cukup tanggap dan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya.Tidak heran jika banyak perguruan tinggi lain yang akhirnya meniru ,namun UNNAR terus berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam pelayanan sehingga pengelolaan yang profesional mutlak diperlukan, proses change management dengan pembudayaan pemanfaatan IT untuk staf sudah menjadi suatu keharusan dan untuk menjamin semua proses dapat berjalan dengan baik,maka dilakukan control yang melekat oleh unit penjaminan mutu yang telah menerapkan ISO 9001-2000,dan kedepan ini sudah dirancang dan mulai diterapkan balance score card (BSC) yang dijadikan sebagai acuan untuk performa appraisal. Sistem ini, digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan karyawan secara komprehensif, berimbang dan transparan. Penilaiannya dilakukan dengan merujuk analisis sebab dan akibat. sistem BSC memungkinkan manajemen melihat kinerja perusahaan dari sisi keuangan, operasional, pelanggan (stakeholder) dan manajemen SDM-nya.

Pada masing-masing perspektif sudah dibreakdowm berdasarkan aktivitas dan setiap aktivitas ada ukuran suksesnya, yang disebut key performance indicators. KPI dibuat untuk tingkat unit dan selanjutnya diturunkan ke masing-masing personil. Keberadaan konsep ini, menjadikan evaluasi lebih intensif. Masing-masing unit dan personal jadi menyadari bahwa keberhasilannya terkait erat dengan kinerja yang mereka lakukan.

Sebagai upaya untuk menciptakan transparansi pengelolaan sdm maka digunakanlah manajemen berbasis kompetensi merupakan sistem yang memadukan dan mengandalkan tiga unsur utama: skill, knowledge dan behavior (attitude). Ketiga unsur itu, lanjutnya, secara fakta bisa diukur dan dijadikan sebagai keunggulan bersaing. Sistem ini diyakininya berdampak positif terhadap cara pandang manajemen dalam melihat karyawan. jadi lebih objektif, Karyawan juga memperoleh kesempatan menjalani pelatihan bila di dalam pekerjaannya sehari-hari ditemukan adanya competency gap.

Sistem berbasis kompetensi ini juga memudahkan perusahaan memilih orang yang tepat pada posisi tertentu.Dalam penerapannya, Unit KPI membagi kompetensi ke dalam tiga kelompok, yaitu kompetensi inti, kompetensi individual dan kompetensi teknis. perlu membangun kompetensi di sepanjang value chain area seperti pengembangan produk atau kurikulum, proses belajar mengajar, Publikasi dan Relationship dengan stakeholder.

Proses penerapannya akan dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap membangun position competency dan employee competency, yang didasarkan pada kompetensi di sepanjang value chain area dalam hal ini kompetensi SDM untuk pengembangan produk atau kurikulum, proses belajar mengajar, Publikasi dan Relationship dengan stakeholder.

Untuk membangun position competency, ada 9 subtahapan yang harus dilalui secara berurutan, yaitu: (1) wawancara, (2) laporan hasil wawancara, (3) inventarisasi kompetensi, (4) tabelling, (5) menetapkan kompetensi, (6) menyusun kuesioner validasi, (7) validasi job holder, (8) menyusun definisi & levelling, dan (9) merangkum hasil.

Lalu, untuk membangun employee competency juga harus melewati 9 subtahapan, yakni (1) menyusun metode penilaian (assessment), (2) menyiapkan alat penilaian, (3) melatih penilai, (4) melakukan penilaian, (5) merangkum hasil penilaian, (6) menganalisis gap, (7) menyusun rencana pengembangan, (8) menyusun rencana karier, dan (9) menyusun sistem reward.

Masalah teknologi informasi (TI) juga menjadi perhatian utama dimana dengan keberadaan PHKI 2010-2012 UNNAR sudah menerapkan Real Time System yang mampu memberi informasi dan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat untuk lebih memuaskan pelanggannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu