Langsung ke konten utama

Puasa Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Kinerja


Orang-orang yang berpuasa adalah orang yang terbanyak dzikir (mengingat Allah) dengan bertasbih, bertahlil, bertakbir dan beristighfar. Amatlah merugi orang-orang yang berpuasa tapi lisannya dan hatinya lalai dari berdzikir mengingat Allah ‘Azza wa Jalla. Bila siang terasa panjang, ia memendekkannya dengan berdzikir, bila didera oleh lapar dan haus yang menghujam, ia menghilangkannya dengan dzikir kepada Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (menghibur mereka) dan berkata, ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh (kelak) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindung mu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta, sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS Fushshilat [41]: 30-32)

Kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah kemampuan mengenali perasan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1998).
c. Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional
Peter Salovey pada tahun 1990 (dalam Goleman 1998) mengemukakan lima wilayah utama kecerdasan emosi, yaitu meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan.
d. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Kerja
Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi kerja, antara lain sebagai berikut :
Ruth Jacobs dan Weichen (dalam Goleman, 1998) meneliti studi mengenai kecakapan di empat puluh perusahaan untuk mengukur bobot relatif suatu kecakapan dalam menjadikan seseorang berprestasi tingi disbanding yang lainnya, hasilnya keunggulan yang lebih besar dalam kemampuan kognitif murni adalah sebesar 27 persen lebih sering ditemukan pada bintang kinerja dibanding orang biasa, sedangkan keunggulan dalam kecakapan emosi mencapai 53 persen lebih
sering. Dengan kata lain, kecakapan emosi dua kali lebih berperan dalam menjadikan seseorang berprestasi tinggi dibanding kepintaran murni dan keahlian teknis

Persepsi yang diartikan oleh Luthans (1991) sebagai suatu proses pemilihan, pengorganisasian, dan penginterpretasian stimulus dari lingkungan, sangat dipengaruhi oleh kebutuhan, hasrat, nilai dan watak si penerima. Meskipun persepsi ini sangat tergantung pada hal-hal yang diamati (sebagai raw data), tetapi proses kognitif yang terjadi dalam persepsi akan menyaring, memodifikasi, bahkan melengkapi data tersebut sehingga data akan berubah. Proses persepsi ini sangat penting dalam menjembatani antara situasi dan perilaku (respon) yang akan ditampakkan oleh individu. Ketika seorang individu masuk dalam organisasi, maka ia tidak akan dapat lepas dari karakteristik pekerjaannya

Maier (1965 dalam As’ad 1991) mengatakan bahwa perbedaan prestasi kerja antara orang yang satu dengan lainnya didalam suatu situasi kerja dikarenakan perbedaan karakteristik individu. Masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda termasuk dalam hal ini adalah kecerdasan emosionalnya. Dalam individu yang sama dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap situasi kerja yang berbeda, ataupun juga dalam individu yang berbeda dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap situasi kerja yang sama.
Patton (1998) menyatakan bahwa orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung akan mengalami kesuksesan di tempat kerjanya. Begitu juga Goleman (1996) menyatakan bahwa bila kecerdasan tidak disertai dengan pengelolaan emosi yang baik, maka tidak akan menghasilkan kesuksesan dalam hidup seseorang
Allan H. Church (1997) dalam Journal of Applied Psychology mengemukakan bahwa peningkatan kecerdasan emosional akan mendorong peningkatan prestasi kerja
Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi kerja, antara lain sebagai berikut :
Ruth Jacobs dan Weichen (dalam Goleman, 1998) meneliti studi mengenai kecakapan di empat puluh perusahaan untuk mengukur bobot relatif suatu kecakapan dalam menjadikan seseorang berprestasi tingi disbanding yang lainnya, hasilnya keunggulan yang lebih besar dalam kemampuan kognitif murni adalah sebesar 27 persen lebih sering ditemukan pada bintang kinerja dibanding orang biasa, sedangkan keunggulan dalam kecakapan emosi mencapai 53 persen lebih
sering. Dengan kata lain, kecakapan emosi dua kali lebih berperan dalam menjadikan seseorang berprestasi tinggi dibanding kepintaran murni dan keahlian teknis
Dalam konteks berpuasa, firman Allah dalam ayat 183 surat Al Baqoroh , menjelaskan bahwa keimanan yang dibuktikan dengan praktek (seperti berpuasa) akan membawa kepada taqwa, dan taqwa adalah indikasi manusia unggulan menurut Al Qur’an (QS. Al Hujurat: 13). Rasulullah SAW menegaskan barangsiapa yang berpuasa karena iman dan sepenuhnya mengharap ridho Allah, maka ia akan bersih diampunkan seluruh dosanya (HR. Bukhori- Muslim).
Orang yang berpuasa dengan baik dan sungguh-sungguh maka dia akan menjadi manusia unggulan(bertakwa) dimana Allah menjamin keberadaan manusia unggulan tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan emosional dan kinerja yang tinggi dan dimanapun dia berada akan menjadi solusi dan selalu berprestasi.
Allah Swt. berfirman; “barang siapa bertakwa kepada Allah, Maka Dia pasti memberinya jalan keluar (dari segala masalah) dan memberinya rizki dari tempat yang tidak disangka-sangka”. (QS. At-Talaq: 2-3)
Allah Swt. berfirman; “ barang siapa bertakwa kepada Allah, Maka Dia pasti memberikan kemudahan dalam segala urusannya”. (QS. At-Talaq: 4)
Allah Swt. berfirman; “dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqoroh : 194)
Allah Swt. berfirman; “Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan bagi mereka pintu segala keberkahan dari langit dan bumi”. (QS. Al-A’raf: 96)
Allah Swt. berfirman; “Jika kalian bersabar dan bertakwa maka makar dan tipu muslihat mereka tidak akan membahayakan kalian sedikitpun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi atas segala yang mereka kerjakan”. (QS. Ali Imron: 120)
Allah Swt. berfirman; “dan hendaklah takut orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka keturunan yang lemah, yang mereka takut akan (kesejahteraan mereka). Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang benar. (QS. An-nisa’: 9)

Komentar

  1. sebenarnya bukan EQ dan spiritual saja yg meningkat tp kinerja fisik dan kemampuan kosentrasi jg meningkat, saya sendiri sudah mencoba kalau saat puasa pegel2 badan saya lebih ringan dr pd saat tdk puasa, serta konsentrasi dalam menulis kode program menjadi lebih baik saat puasa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu