Langsung ke konten utama

Indikator Keberhasilan Pemicu Prestasi Kerja Karyawan


Bayangkan kalau kita tidak memiliki ukuran dalam kehidupan kita,tentunya kita tidak akan mampu menyeimbangkan kehidupan kita,dan hidup menjadi sesuatu rutinitas yang membosankan,tidak hanya itu pekerjaan yang kita lakukan menjadi tidak terarah dan menimbulkan kontra produktif,dimana kita bekerja tanpa target dan asal-asalan yang membuat terjadinya degradasi tidak hanya dari sisi kualitas tetapi juga kuantitas.
Untuk itu sebuah keseimbangan itu ditentukan oleh kemampuan kita didalam melakukan pembobotan terhadap setiap aktifitas kita menjadi dua kelompok utama.yakni kelompok yang penting/utama dan kelompok yang pelengkap/pendukung.
Kunci didalam membuat ukuran dan pembobotan yang baik dan tepat adalah dengan mencoba membuat catatan mulai dari input yang kita miliki kemudian proses yang kita lakukan,output yang dihasilkan dan dampak dari setiap aktifitas kita.
Pada hakekatnya apa yang terjadi dalam kehidupan adalah merupakan siklus dari sebab dan akibat,suatu akibat yang terjadi pada hari ini disebabkan oleh akibat yang terjadi pada masa lampau.dan Masalah timbul karena ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan kenyataannya(fenomena) sehingga biasanya dicari penyebab atau akar masalahnya.
Untuk dapat mencari akar permasalahannya, maka masalah-masalah yang ada harus di identifikasi sesuai dengan derajat kepentingan dan dikelompokkan berdasarkan karakteristik dari setiap masalah.setiap masalah muncul dari suatu gejala/fenomena.Kemudian masing-masing gejala/ fenomena tersebut dicari penyebabnya, kemudian dikelompokkan berdasarkan kesamaan penyebab timbulnya gejala/fenomena tersebut.
Akar permasalahan yang telah diidentifikasikan dibuat alternatif penyelesaiannya berdasarkan isue-isue strategis yang ada baik secara internal maupun eksternal. Setiap masalah yang sudah diidentifikasi/ dapat mempunyai beberapa alternatif penyelesaian.

Dalam lingkungan yang semakin kompetitif manajemen didalam membuat alternative penyelesaian dan untuk meningkatkan kinerjanya harus didukung dengan cara menyempurnakan sistem pengukuran kinerja tradisional karena dalam sistem pengukuran tradisional yang menekankan pada ukuran keuangan sebagai tolok ukur kinerja memiliki keterbatasan.

Balanced Scorecard system (sistem pengukuran kinerja berimbang) merupakan sistem pengukuran yang efektif yang menjadi bagian integral proses manajemen yang dapat memotivasi peningkatan di bidang-bidang penting serta pengembangan pasar.
Pada tahap awal eksperimennya Balanced Scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan eksekutif di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbadingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja eksekutif. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja eksekutif diukur secara berimbang dari dua prespektif. Keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka pendek, intern dan ekstern.


Bambang Sudarsono (2006) dalam tesisnya dengan Balanced Scorecard sebagai alternatif alat ukur kinerja, organisasi Oma Group. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa keempat perspektif desain Balanced Scorecard yakni perspektif financial, perspektif customer, perspektif internal bisnis dan learning and growth adalah sesuai untuk mengukur kinerja Balanced Scorecard.

Menurut Kaplan-Norton (1999:3) kemampuan badan usaha untuk mengerahkan dan memanfaatkan intangible assets adalah hal yang jauh lebih penting dan pada investasi dan mengatur tangible assets. Hal-hal yang termasuk dalam intangible assets adalah:
1) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan
2) Memperkenalkan produk jasa yang inovatif
3) Menghasilkan customized product/service dengan cepat dan harga murah
4) Memobilisasi keterampilan serta motivasi karyawan untuk perbaikan proses secara berkelanjutan.
5) Memanfaatkan teknologi informasi, data base dan sistem.

Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan strategi ke dalam sarana yang dapat mengkomunikasikan strategic intent dengan efektif dan memotivasi seluruh karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.Dengan adanya kartu catatan disetiap aktifitas mulai dari input,proses ,output serta dampak,kita mampu menelusuri serta membandingkan kinerja operasional, manajerial dan strategik dengan sasaran yang telah ditentukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu