Langsung ke konten utama

Philosopi Pohon Kunci Sukses Membangun Bisnis di tengah Bencana


Kebanyakan kegagalan dalam bisnis kita disebabkan karena kita tidak memiliki akar yang kuat ketika kita membangun sebuah bisnis.Kondisi ini juga berlaku ketika seseorang dihadapkan pada resiko rugi yang membuat dia harus kehilangan (menjadi miskin).Suatu perencanaan harus diawali dari sebuah nilai yang positif dalam bentuk kalimat positif yang menjadi kompas kita dalam mengarahkan kapal ditengah samudra yang luas dengan hempasan ombak dan badai.
firman Allah dalam surat lbrahim ayat 24-25 “Tldakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik seperti pohon yg baik akarnya teguh dan cabang menjulang ke langit pohon itu memberikan buahnya tiap musim dgn seidzin Rabbnya Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu utk manusia supaya mereka selalu ingat.”
Megginson (2.000), menyatakan sebab-sebab kegagalan dalam usaha small business secara berurutan adalah:
• lack of capital, kekurangan modal, tidak bisa memupuk relasi, sehingga tidak bisa memperoleh tambahan modal
• no business knowledge, kurang memiliki pengetahuan tentang bisnis
• poor management, tidak memiliki keterampilan dalam manajemen, mulai dari perencanaan, mengorganisasi, menggerakan karyawan dan mengawasi aktivitas bisnisnya
• inadequate planning, tidak mampu membuat perencanaan, karena menganggapnya tidak penting, atau memang tidak mampu menyusun perencanaan
• inexperience. Kurang pengalaman, dan tidak mau belajar dari pengalaman;
Untuk mengantisipasi kegagalan dalam sebuah bisnis kita harus membangun sebuah akar yang kuat dimana kunci dari akar ini adalah struktur kehidupan kita dan keberadaan informasi yang kita terima.
Banyak sekali kebijakan pemerintah dan keberadaan informasi media yang membuat struktur masyarakat, pelayanan dan lingkungan menjadi rusak atau hancur akibat dampak kedaruratan. Adalah kombinasi mudahnya terpengaruh (susceptibility)dan daya bertahan (resilience). Resilience adalah bagaimana masyarakat mampu bertahan terhadap kehilangan, dan susceptibility adalah derajat mudahnya terpengaruh terhadap risiko. Kondisi inilah yang menjadikan rendahnya kemampuan masyarakat beserta lingkungannya untuk mengantisipasi, mengatasi dan pulih dari bencana.(Syaiful Saanin. BSB Sumbar)
Untuk itu kita harus mampu mengelola resiko dengan memperhitungkan sebuah resiko sejak saat kita melakukan perencanaan. Pengelolaan risiko harus dilakukan secara terstruktur dan sistematik dengan:
- Memastikan hal-hal terkait
- Mengidentifikasi risiko
- Menganalisis risiko
- Menilai / mengevaluasi risiko dan dampaknya
- Mengatasi risiko (pencegahan/mitigasi, mempersiapkan, merespons dan pemulihan)

- Memonitor proses pengelolaan resiko

Kunci Sukses Membangun Bisnis di tengah Bencana adalah kita tidak boleh berputus asa terhadap rahmat Allah dan selalu bertakwa dan bersabar,karena kita selalu yakin,Allah selalu punya rencana yang baik untuk kehidupan kita.
Tetap semangat saudaraku meskipun berbagai bencana tengah melanda negeri kita tecinta.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"…Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" (QS.Yusuf ayat 87 dan 90)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu