Organisasi yang berhasil adalah yang mampu mengidentifikasikan dan menyelaraskan visi-misi-strategi dan kultur struktur sistem yang harus dicapai dengan kapasitas yang ada dan semua itu diterapkan dalam proses pembelajaran organisasi .Allah berfirman QS Al-Jumu’ah ayat 2:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,”
Dari ayat tersebut, kita bisa melihat bahwa dalam proses pembelajaran terpadu berbasis Qur’an, ada 4 langkah yang harus diikuti yaitu
1. Harus ada yang memimpin dan pemimpin dalam hal ini adalah orang yang dipercaya baik kemampuan aupun pribadinya.
2. Proses Pembelajaran harus dilakukan dengan disampaikan secara bertahap dan terperinci,mensucikan jiwa, menyiapkan dan memotivasinya (axiology)
3. Proses Pembelajaran harus dapat mencapai output yang diinginkan dan mengeluarkan mereka dari jalan yang salah atau merugi.
Untuk melihat sejauhmana kemampuan pembelajaran organisasi maka kemampuan pembelajaran organisasi dapat diukur menurut ukuran kemampuan pembelajaran organisasi yang dikembangkan oleh Marquardt (1996:30) yang terdiri dari :
1. sistem berpikir;merupakan kesempatan dan bantuan yang diberikan oleh organisasi untuk mengembangkan karyawannya
2. model mental; merupakan dorongan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi untuk mengubah dan mengembangkan cara pandangnya terhadap lingkungan
3. kemampuan personal; merupakan kemampuan dan kecakapan personal dalam menjalankan pekerjaannya
4. kerjasama tim; merupakan kemampuan orang-orang dalam organisasi untuk bekerjasama dalam tim
5. kemampuan membagi visi bersama; merupakan kemampuan organisasi untuk membagi visi organisasi kepada semua orang yang ada di dalamnya, dan
6. kemampuan dialog; merupakan kesediaan untuk saling berdialog, bertukar pendapat dan kesediaan mendengar pendapat orang lain.
Dalam proses pembelajaran organisasi, untuk dapat mencapai visi perusahaan, premis yang harus dipikirkan perusahaan adalah bagaimana perusahaan akan mempertahankan kemampuannya untuk berubah dan memperbaiki hal-hal yang dianggap perlu.Sehingga perlu dilakukan sebuah pengukuran terhadap setiap aktivitas yang dijalankan oleh organisasi.
Menurut Brimson-Antos (2000:59) Pengukuran aktivitas (activity measures) adalah output atau atribut fisik dan sebuah aktivitas. Badan usaha harus menentukan aktivitas mana yang bersifat kritis, sehingga pengukuran atas output menjadi lebih visibel dan memperjelas upaya pencapaiannya. Ciri-ciri activity measures adalah:
a. Mudah dipahami, mudah untuk mengukurnya, mudah untuk mengelolanya dan sumber data yang telah ada dan berhubungan langsung dengan faktor aktivitas operasionalnya.
b. Harus ada hubungan langsung antara perubahan volume activity mesaures dengan faktor operasional layanan. Artinya jika suatu perubahan berpengaruh secara fundamental terhadap kineja aktivitas, maka activity measures harus dimulai kembali akan kerelevansinya.
c. Activity measures sifatnya lebih luas dan service operation measures.
d. Dengan menentukan output dan pengguna informasi aktivitas ini, manajer dapat menentukan apakah suatu aktivitas khusus berada dalam prioritas jangka pendek atau panjang.
e. Dengan mengetahui cost per activity akan membantu dalam planning dan budgeting pada suatu proses bisnis.
Dengan menjadikan organisasi kerja kita sebagai tempat belajar yang terpadu dan terukur maka kita akan dapat menggerakkan semua ornamen organisasi untuk mencapai visi dan tujuan organisasi.
Komentar
Posting Komentar