Strategi Marketing untuk menciptakan daya saing perusahaan.
Strategi pemasaran dihadapkan pada unsur ketidakpastian dalam pelaksanaan, maka strategi yang disusun harus selalu dikendalikan. Pengendalian pemasaran dilakukan dengan membandingkan realisasi dan rencana pemasaran yang disusun. Hasil yang tidak sama, misalnya terlampau besar kegiatan pemasarannya di atas target namun penjualan tidak memenuhi target, merupakan penyimpangan yang perlu mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, pengendalian pemasaran semata-mata dimaksudkan agar dapat diketahui kemajuan pelaksanaan, hambatan yang ditemui oleh faktor penunjang apa yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan pemasaran.
Di samping itu, dengan cepat diketahui bila ada penyimpangan dan penyebabnya untuk selanjutnya dibuat tindakan perbaikan. Semua itu dilakukan dalam rangka menjadikan perusahaan dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Strategi pemasaran menuntun perusahaan mampu menciptakan daya saing strategis dengan cara merumuskan serta menerapkan strategi pencipta nilai agar dapat merebut pasar dan mendapatkan pelanggan sehingga dapat bertahan terhadap persaingan.
Menurut Kenichi Ohmae (Grant,1991) agar berhasil dan bertahan dalam suatu industri perusahaan harus memenuhi dua kriteria:
1. Harus memasarkan apa yang ingin dibeli oleh pelanggan.
2. Harus dapat bertahan terhadap persaingan.
Untuk itu perusahaan harus dapat lebih unggul dibandingkan pesaing dan dituntut untuk mampu menciptakan daya saing strategis dengan cara merumuskan serta menerapkan strategi pencipta nilai (Hitt, et al, 1999).
Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan kontribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan—melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing (Hitt, et al,1999). Sumber keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui cakupan bersaing dengan yang dimiliki oleh pesaing, baik itu berupa cakupan segmen maupun jangkauan integrasi ke dalam aktivitas. Rantai nilai yang terkoordinasi dapat menciptakan keunggulan bersaing antarhubungan.
Analisa sumber daya organisasi dilakukan dengan membuat kerangka umum yang biasanya dikenal dengan “resource base view of the firm” (Wernerfelt, 1984). Adapun asumsi-asumsi dasar“resource base view of the firm” sebagai berikut:
1. Resource Heterogenity
Perusahaan dipandang sebagai sejumlah sumber daya produktif dan setiap perusahaan mempunyai sejumlah sumber daya yang berbeda.
2. Resource immobility
Sumber daya yang membuat perusahaan mampu menetralisir ancaman dan mengeksploitasi peluang. Kemampuan sumber daya ini hanya dimiliki oleh perusahaan tertentu dan sulit untuk ditiru, kalaupun bisa hal ini akan memakan biaya tinggi. Resource immobility merupakan sumber daya potensial untuk daya saing perusahaaan.
Umumnya sumber daya dikategorikan menjadi empat, yaitu modal keuangan, modal fisik, modal manusia, dan modal organisasi. Sumber daya merupakan input proses produksi perusahaan seperti barang modal, kemampuan pekerja, paten, keuangan, serta manajer yang berbakat. Secara individual, sumber daya umumnya tidak menghasilkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Dengan strategi tim yang memungkinkan berkembangnya keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Demikian juga inovasi perusahaan. Apabila tidak dilindungi oleh paten atau batasan lain, dapat dibeli atau ditiru oleh pesaing. Tetapi jika inovasi produksi tersebut diintegrasikan dengan sumber daya lainnya untuk membentuk suatu kemampuan, maka akan muncul kompetensi inti yang akan menghasilkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Dengan demikian, penciptaan keunggulan bersaing yang berkesinambungan adalah melalui integrasi beberapa sumber daya.
Komentar
Posting Komentar