Menjadi Modern dan berkualitas adalah suatu keharusan untuk tetap bisa survive ditengah kancah pertarungan bisnis.
Menjadi modern berarti :
Selalu update, mutakhir,dilengkapi dengan sarana prasarana berbasis Teknologi informasi,memiliki Sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman;
Sedangkan bermutu berarti;
Menjadi yang terbaik dibidangnya dan pada segmennya serta memiliki posisioning yang Bertaraf dimata konsumen/pelanggannya.
Sebuah bisnis dikatakan modern kalau sudah dikelola secara professional dalam memuaskan pelanggannya dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai perusahaan dan cukup tanggap serta fleksibel dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya yang selalu meningkat.Di era persaingan ketat jika ada sesuatu yang menjadi keunggulan pasar akan menjadi trend market dan akan ditiru oleh para pesaing.Untuk itu perusahaan yang memiliki ciri modern terus berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam pelayanan sehingga pengelolaan yang profesional mutlak diperlukan. Modern juga harus diwujudkan melalui proses change management dengan pembudayaan Disiplin,Selalu sigap dengan kebutuhan pelanggan,Menjadikan mahasiswa sebagai aset bangsa dengan memberikan layanan yang terbaik,ramah dan cekatan,melalui pemanfaatan IT dimana hal tersebut sudah menjadi suatu keharusan bagi seluruh komponen perusahaan dan untuk menjamin semua proses dapat berjalan dengan baik,maka dilakukan control yang melekat baik melalui unit penjaminan mutu maupun system yang dirancang dengan balance score card (BSC) yang dijadikan sebagai acuan untuk performa appraisal. Sistem ini, digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan karyawan secara komprehensif, berimbang dan transparan. Penilaiannya dilakukan dengan merujuk analisis sebab dan akibat yang memungkinkan kita dapat melihat akar masalah dari setiap kejadian. Dengan sistem BSC memungkinkan manajemen melihat kinerja perusahaan dari sisi keuangan, pelanggan (stakeholder),opersional dan manajemen SDM-nya.
Pada masing-masing unit juga harus dibangun dan dikembangkan terus sasaran mutunya dan dibreakdowm berdasarkan aktivitas,dimana setiap aktivitas ada ukuran suksesnya, yang disebut key performance indicators. KPI dibuat untuk tingkat unit dan selanjutnya diturunkan ke masing-masing personil. Keberadaan konsep ini, menjadikan evaluasi lebih intensif. Masing-masing unit dan personal jadi menyadari bahwa keberhasilannya terkait erat dengan kinerja yang mereka lakukan.
Sebagai upaya untuk menciptakan transparansi pengelolaan sumber daya manusia maka digunakanlah manajemen berbasis kompetensi merupakan sistem yang memadukan dan mengandalkan tiga unsur utama: skill, knowledge dan behavior (attitude). Ketiga unsur itu, lanjutnya, secara fakta bisa diukur dan dijadikan sebagai keunggulan bersaing. Sistem ini diyakininya berdampak positif terhadap cara pandang manajemen dalam melihat karyawan. jadi lebih objektif, Karyawan juga memperoleh kesempatan menjalani pelatihan bila di dalam pekerjaannya sehari-hari ditemukan adanya competency gap.
Sistem berbasis kompetensi ini juga memudahkan perusahaan memilih orang yang tepat pada posisi tertentu.Dalam penerapannya, Unit KPI membagi kompetensi ke dalam tiga kelompok, yaitu kompetensi inti, kompetensi individual dan kompetensi teknis. perlu membangun kompetensi di sepanjang value chain area seperti pengembangan produk atau kurikulum, proses belajar mengajar, Publikasi dan Relationship dengan stakeholder.
Proses penerapannya akan dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap membangun position competency dan employee competency, yang didasarkan pada kompetensi di sepanjang value chain area dalam hal ini kompetensi SDM untuk pengembangan produk atau kurikulum, proses belajar mengajar, Publikasi dan Relationship dengan stakeholder.
Untuk membangun position competency dari setiap SDM yang ada dilakukan tahapan yang harus dilalui secara berurutan, yaitu: (1) wawancara (dimana disini dilakukan penggalian kemampuan dan kesesuaian visi dan misi perusahaan ), (2) inventarisasi kompetensi, (3) menetapkan kompetensi, (4) menyusun definisi & levelling.(5) menempatkan sesuai dengan komposisi jabatan yang ada,(6) membuat kontrak action plan.
Lalu, untuk membangun employee competency dilakukan study banding dan benchmarking pada Universitas Impian kemudian divisualisasikan dan hasil visualisasi dijadikan pedoman untuk membangun employee competency dengan tahapan, yakni (1) menyusun metode penilaian (assessment), (2) menyiapkan alat penilaian, (3) melatih penilai, (4) melakukan penilaian, (5) merangkum hasil penilaian, (6) menganalisis gap, (7) menyusun rencana pengembangan karyawan, (8) menyusun rencana karier, dan (9) menyusun sistem reward dan punishment.
Pemanfaatan teknologi informasi (TI) juga harus menjadi perhatian utama system diarahkan untuk dapat melakukan koordinasi dan pengambilan keputusan melalui Real Time System yang mampu memberi informasi dan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat untuk lebih memuaskan Stakeholdernya.
Sedangkan untuk mewujudkan universitas yang bermutu maka Model tata kelola yang efektif dan efisien untuk dilakukan oleh perusahaan adalah sistem Sentralisasi Organisasi dan Desentralisasi Akademik (SODA). Dengan sistem SODA diharapkan akselerasi kinerja di perusahaan akan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan sistem ini terdapat kelebihan dan kekurangan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Sentralisasi pengelolaan organisasi dinilai sebagai sistem yang paling tepat. Sistem organisasi menjadi efektif dan efisien karena ada kendali otoritas yang bersifat terpusat dan terkoordinir oleh Perguruan Tinggi.
Pengelolaan marketing dan penjualan menggunakan sistem desentralisasi. Desentralisasi pengelolaan marketing akan menghasilkan kinerja marketing menjadi lebih efisien dan berkualitas meskipun organisasi memiliki keterbatasan SDM,hal ini dapat dilakukan dengan system kerjasama dan bagi hasil.
Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam
Komentar
Posting Komentar