Langsung ke konten utama

MANAJEMEN STRES UNTUK UMKM MENGHADAPI PEMILU 2014 DAN MEA 2015

Tahun 2014 merupakan tahun momok bagi para Usaha Mikro,Kecil dan Menengah(UMKM) khususnya industry rumah tangga.Dimana bayang-bayang inflasi dan kenaikan harga serta merosotnya daya beli masyarakat terlebih dipicu oleh stagnannya pertumbuhan ekonomi karena kegiatan PEMILU, menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN(MEA) 2015 yang merupakan era liberalisasi di kawasan ASEAN, termasuk liberalisasi pasar keuangan, memberikan peluang sekaligus tantangan. Terkait dengan UMKM, belum setaranya kondisi ekonomi tiap negara ASEAN, khususnya Indonesia yang UMKMnya belum siap menghadapi UMKM Negara ASEAN lainnya yang memiliki daya saing jauh diatas UMKM Indonesia dan ini akan semakin memperparah kondisi menurunnya pendapatan masyarakat dan daya jual UMKM.kondisi tersebut diatas mengakibatkan para UMKM menjadi stress yang akan berdampak pada penurunan kinerja UMKM bahkan berujung pada gulung tikarnya UMKM. Stres dapat berakibat positif ataupun negatif dan kehadiran stres ini tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Stres yang berakibat positif jika seseorang dapat menjadikan stres untuk memicu dirinya lebih bersemangat, lebih tekun atau pun lebih sukses. Sebaliknya stres dapat menjadikan seseorang menjadi pemurung, malas maupun gagal dalam kehidupannya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan dan gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Sarafino (1994:74) mendefinisikan stres sebagai berikut: “The condition that results when person/environment transaction lead the individual to perceive a discrepancy wether real or not between the demands of a situation and the resources of the person’s biological, psychological, or sosial system”. Jadi stres merupakan suatu kondisi disebabkan oleh transaksi individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres dapat berakibat positif ataupun negatif dan kehadiran stres ini tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Stres yang berakibat positif jika seseorang dapat menjadikan stres untuk memicu dirinya lebih bersemangat, lebih tekun atau pun lebih sukses. Sebaliknya stres dapat menjadikan seseorang menjadi pemurung, malas maupun gagal dalam kehidupannya. Akibat negatif yang paling ekstrim dari stres tersebut adalah keinginan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Namun yang perlu diperhatikan bahwa suatu kondisi yang membuat stres seorang karyawan belum tentu akan dapat membuat stres karyawan lainnya. Konflik yang terjadi di antara sesama karyawan mungkin akan menimbulkan stres pada salah satu karyawan, sedang yang lainnya tidak mengalami. Dengan demikian secara umum dapatlah kiranya kita simpulkan bahwa stres adalah suatu stimulus yang berupa tekanan yang akan mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis individu di mana tekanan atau stimulus tersebut dapat berasal dari dalam individu maupun dari luar individu. Dan stres kerja dapat diartikan sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan), situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis ataupun fisik terhadap seseorang. Beberapa peneliti terutama Lazarus (dalam Mulyana, 1985 : 78) menyatakan bahwa stres hanya berhubungan dengan kejadian-kejadian di sekitar lingkungan kerja yang merupakan bahaya atau ancaman dan perasaan-perasaan yang terutama relavan mencakup rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah, sedih, putus asa dan bosan. Gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini : 1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal punggung terasan sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, dan kehilangan energi. 2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah–ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang dan kelesuan mental. 3. Intelektual, yaitu mudah lupa, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, dan suka melamun berlebihan. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan dan mudah menyalahkan orang lain. Model Sumber Potensial Dari Stres Faktor-faktor penyebab stres tersebut adalah: 1. Faktor lingkungan a)Ketidakpastian ekonomi, yakni adanya perubahan dalam dunia bisnis yang terkadang menimbulkan ketidakpastian ekonomi sehingga rasa cemas tentang keamanan kerja akan meningkat. b)Ketidakpastian politik, yakni seperti adanya ancaman baik dari dalam maupun luar negeri atau kondisi politik yang tidak stabil yang cenderung meningkatkan stres karena dibayang-bayangi oleh perasaan cemas terhadap kondisi keamanan dan politik. c)Ketidakpastian teknologi, yaitu dengan adanya suatu inovasi baru dalam bidang teknologi seperti penggunaan komputer dan otomatisasi yang dapat mengakibatkan keahlian dan pengalaman karyawan menjadi tidak berguna dalam waktu singkat, sehingga tidak jarang hal ini merupakan ancaman tersendiri bagi karyawan dan dapat menyebabkan timbulnya stres. 2.Faktor organisasi a)Tuntutan tugas, merupakan faktor yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang di mana pada faktor ini mencakup desain pekerjaan individu (otonomi, variasi tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan yang kurang baik. Makin besar ketergantungan antara tugas seseorang dengan tugas orang lain maka akan cenderung meningkatkan stres dan sebaliknya makin besar otonomi, akan cenderung mengurangi tingkat stres. b)Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi itu, di mana terjadinya konflik peran menciptakan harapan yang sulit untuk dipenuhi ataupun dipuaskan. Kelebihan beban peran akan terjadi ketika karyawan diharapkan melakukan pekerjaan melebihi waktu yang tersedia. c)Tuntutan antar pribadi merupakan tekanan yang disebabkan oleh sikap karyawan lain seperti kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi yang buruk. d)Struktur organisasi menentukan tingkat perbedaan dalam organisasi, tingkat aturan dan pengaturan di mana keputusan diambil. e)Kepemimpinan organisasi, hal ini menggambarkan gaya manajerial eksekutif senior dari organisasi. Beberapa eksekutif terkadang menciptakan budaya kepemimpinan yang dicirikan dengan tekanan yang tidak realistis seperti keharusan berprestasi dalam waktu yang singkat, pengawasan yang terlalu ketat dan pemecatan bagi mereka yang tidak dapat melakukan tugas dengan baik. Semua itu dapat mengakibatkan ketakutan dan kecemasan karyawan. f)Daur hidup organisasi (berdiri, tumbuh, dewasa dan menurun), pada tahap pendirian dan penurunan biasanya organisasi penuh dengan stres, di mana organisasi sedang mencari bentuknya dan penuh ketidakpastian, dan sebaliknya stres cenderung akan turun pada tahap kematangan. 3.Faktor individual/personal a)Masalah keluarga Keluarga seringkali menjadi faktor yang memicu stres kerja di mana masalah keluarga terbawa dalam bekerja. Masalah keluarga ini dapat berupa : kesulitan pernikahan, perpecahan hubungan, konflik dengan istri, masalah anak ataupun hubungan dengan kerabat. Akibatnya karyawan merasa tidak dapat berkonsentrasi dengan pekerjaannya, mudah lelah dan marah. b)Masalah ekonomi, yaitu individu yang memiliki masalah pribadi dengan pengelolaan sumber keuangannya akan cenderung menjadi stres dan perhatiannya pada pekerjaan menjadi terganggu. c)Masalah kepribadian, yaitu menggambarkan karakter ataupun sifat dari seseorang sebagai individu, di mana masing-masing individu mempunyai kepribadian yang tidak sama termasuk dalam hal menerima tekanan atau masalah yang dihadapi. Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres pada UMKM yaitu faktor lingkungan dan faktor personal. Berdasarkan hasil penelitian, stres yang dihadapi oleh usaha mikro dan kecil berkorelasi dengan penurunan produktivitas kerja, karena menurunnya gairah kerja serta tendesi mengalami kerugian. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: 1.Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja 2.Mengganggu kenormalan aktivitas kerja 3.Menurunkan tingkat produktivitas 4.Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Bagi individu pelaku UMKM adalah sangat penting untuk menghadapi ataupun menanggapi stres, sebab stres dapat mempengaruhi kehidupan, pekerjaan, produktivitas, dan pendapatan. Stres yang terjadi harus segera diatasi bila UMKM tidak ingin kehilangan produktivitas yang berujung pada kerugian. Berbagai pendekatan dapat dilakukan baik dari pihak manajemen maupun individu yang bersangkutan, seperti : 1.Pendekatan individu Setiap individu harus meningkatkan spiritualitas dalam dirinya,dengan mendekatkan diri pada Tuhan,banyak berdoa,bersyukur dan bersabar.Menguatkan pondasi keimanan dengan menyadari sepenuhnya akan kesempurnaan dalam setiap rencana Tuhan,kemudian berserah diri kepada Tuhan,dan yakin bahwa semua akan indah pada kahirnya jika kita telah berusaha dan bertawakal kepada Tuhan. 2.Pendekatan bisnis. Selama ini kita neyadari bahwa keberanian diperlukan ketika kita mendirikan usaha kita dengan ide dan keinginan kita,dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu,untuk mempertahankan keberadaan bisnis kita,diperlukan keberanian untuk duduk dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh pasar atau konsumen dengan melepas segala ego dan keinginan kita.kemudian berfokus kepada keinginan konsumen,meminimalisir nafsu untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan atau instan.menghindari hasrat dan keinginan yang sia-sia yang menyebabkan kita merugi secara fisik dan kejiwaan.karena sebuah intuisi dalam penyelesaian bisnis itu tidak dating seketika tetapi dia akan dating pada saat kita sudah memahami persoalan dan berjuang mengatasinya.Dan kita harus ingat bawa kebangkrutan bisnis kita lebih banyak diakibatkan karena kita tidak memiliki komitmen dan tanggung jawab pada bisnis yang kita bangun dan seringkali ingkar janji dan membuat alasan pada pelanggan kita.Pada kondisi lingkungan yang tidak mendukung bisnis anda dibutuhkan sebuah ketekunan dan konsistensi untuk selalu bergerak meskipun kita mengalami kegagalan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha

Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam

Evaluasi Strategi,Kunci Kemenangan Tim

Kegagalan sebuah Tim dalam suatu pertandingan,lebih banyak disebabkan karena tidak adanya evaluasi atau control terhadap strategi yang diterapkan. Kontrol strategi adalah suatu proses merubah rencana bisnis yang diakibatkan adanya perubahan kondisi/situasi, adanya tambahan pengetahuan atau membuat penyesuaian untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas agar sesuai dengan rencana. Dimana kegiatannya sbb: • Menentukan target prestasi kerja,standar-standar dan batas batas toleransi untuk tujuan,strategi dan pelaksanaannya. • Mengukur kondisi riel terhadap target yang telah ditentukan • Menganalisis penyimpangan-penyimpangan terhadap batas-batas toleransi. • Melakukan modifikasi-modifikasi yang diperlukan. Proses evaluasi dan kontrol strategik akan melalui beberapa tahap/langkah sebagai berikut: a) Menentukan suatu standar untuk mengukur kinerja perusahaan dan membuat batas toleransi yang dapat diterima untuk tujuan, sasaran dan strategi. Peter Drucker mengusulkan lima kriteria untuk penentua

Strategi membangun Daya Saing di era Hyper Competition

Pada Era Hypercompetition(Persaingan tingkat tinggi dan mengglobal) dimana semua perusahaan menawarkan sesuatu yang baru dan terstandarisasi karena adanya perkembangan teknologi dan ini menyebabkan keunggulan kompetitif sulit untuk bisa dipertahankan karena begitu mudahnya pesaing meniru.Pada kondisi ini setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa bersaing dalam harga,kualitas,dan inovasi pada setiap aktivitas-aktivitasnya Keunggulan bersaing diperoleh ketika perusahaan mampu menjadikan banyak aktivitas berlainan yang dilakukan oleh perusahaan digabungkan dalam suatu rantai yang dapat memberikan konstribusi nilai yang memberikan margin maksimal bagi perusahaan ( melaksanakan aktivitas-aktivitas yang penting secara strategis dengan lebih murah atau lebih baik dibanding pesaing). Untuk mempertahankan keunggulan bersaing, kompetensi inti haruslah menambah nilai, sulit digantikan, sulit bagi pesaing untuk meniru, dan dapat dipindahkan sepanjang perusahaan (Barney, 1991; Grant, 1991) .Untu