Masyarakat Ekonomi ASEAN telah didepan mata.Negara-negara ASEAN telah menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan struktur ekonomi dari domentik ke global,dari perencanaan pusat ke ekonomi pasar.Kondisi ini juga akan berdampak pada sektor ritel,dalam mengantisipasi hal tersebut marilah kita belajar dari hasil studi Lars Esbjerg dan Hans Skytte dari Aarhus School of Business yang melakukan studi terhadap Perubahan Struktur ritel dan grosir di Eropa Timur telah secara signifikan diubah oleh privatisasi dan liberalisasi dalam transisi dari perencanaan pusat ke ekonomi pasar. Selain itu, banyak pengecer Barat dihadapkan dengan pasar domestik jenuh telah diperluas ke Eropa Timur dalam upaya untuk mengambil keuntungan dari peluang yang diciptakan oleh liberalisasi.
Berkaitan dengan perilaku pembelian ritel, hasil menunjukkan bahwa fungsi membeli yang differently.Retailers diselenggarakan di Estonia, Latvia dan Lithuania yang lebih kecil daripada rekan-rekan mereka di Republik Ceko, Hungaria dan Polandia dan karenanya tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mempekerjakan orang-orang yang bertugas untuk melakukan pembelian(pengadaan). Kriteria yang paling penting yang digunakan oleh pembeli ritel di Eropa Timur untuk mengevaluasi produk dan pemasok ikan dan keju adalah kondisi harga dan keuangan, berbagai pemasok 'produk, cara pemasok melakukan bisnis serta kualitas. Perbedaan dalam melakukan pembelian antara pengecer dan grosir adalah persyaratan pembayaran, kualitas, keandalan pemasok dan dukungan pemasaran ditawarkan. MEA mengandung implikasi bahwa perdagangan tidak lagi bersifat domestik tetapi antar Negara ASEAN dimana mekanisme harga diserahkan kepada pasar,peran pemerintah diminimalkan bahkan dihilangkan. Dalam mekanisme pasar khususnya sektor perdagangan,kekuatan dan daya saing akan lebih banyak ditentukan dari sejauhmana sebuah usaha ritel dan grosir mampu memerikan jaminan terhadap harga produk yang lebih murah dan produk yang lebih berkualitas dengan persyaratan pembayaran yang memudahkan pembeli.Kondisi ini tentu sudah menjadi salah satu strategi dari para retailer dan grosir Negara-negara ASEAN,yang akan menjadikan Indonesia sebagai pasar utama dan terbesar diwilayah ASEAN.Untuk itu para pelaku ritel dan grosir di Indonesia jangan berfokus pada daya saing yang dikuasai oleh Negara ASEAN namun harus menguatkan local geniusnya yang menjadi cirikhas dan core daya saing,khususnya yang berhubungan dengan aspek budaya dan social harus lebih di tingkatkan. Contoh sederhana sebuah Toko Ritel Makanan,harus lebih mengedepankan untuk menjual produk local dengan memberikan pesan “Produk Lokal lebih Amana dan mengandung Cita Rasa Nenek Moyang”.Slogan tersebut akan menguatkan jatidiri Toko Ritel Lokal didalam menghadapi gempuran dari Toko Modern yang dibangun oleh investor dari Negara-negara ASEAN khususnya Singapura dan Malaysia.
Komentar
Posting Komentar