Keberlangsungan sebuah perusahaan jasa ditengah lingkungan bisnis yang serba tidak pasti dalam pandemi covid 19 memerlukan kemampuan pengelolaan asset tidak berwujudnya khususnya yang diciptakan oleh Human Capitalnya. Untuk itu perusahaan memerlukan pengukuran kinerja baru yang tidak hanya fokus pada asset fisik dalam hal ini adalah finansial saja melainkan juga kinerja non finansial. Penambahan pengukuran kinerja non finansial mencakup hubungan perusahaan dengan pelanggannya; hal-hal penting terkait dengan internal proses; serta pembelajaran dan pertumbuhan yang dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas aset Human Capitalnya harus dilakukan dengan perspektif yang lebih luas pada kesejahteraan dan aktifitas perusahaan serta memberikan kerangka kerja organisasi yang berdaya saing. Penelitian yang dilakukan oleh Kairu, et. al (2013) dengan judul Effect of Balanced scorecard on performance of firm in the service sector yang melakukan survei 200 perusahaan penyedia jasa.mengungkapkan bahwa kriteria non-keuangan sama pentingnya dengan kriteria keuangan dalam sistem pengukuran dan ketika kedua langkah tersebut terintegrasi dalam sistem, mereka mengarah pada hasil yang lebih unggul. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, et. al (2013) dengan judul The Impact of the Balanced scorecard on Corporate Performance: The Case of an Australian Public Sector Enterprise dimana hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa terdapat dampak positif menggunakan scorecard perusahaan pada kinerja perusahaan dalam pencapaian finansial dan non-finansial dari perusahaan sektor publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi & Mildawati (2014) yang bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan yang diukur menggunakan balanced scorecard dengan melihat empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Perspektif keuangan dilihat dari Return on Investment, Profit Margin, dan Growth Rate Revenue, perspektif pelanggan dilihat dari pertumbuhan pelanggan dan kepuasan pelanggan, perspektif proses bisnis internal menggunakan inovasi perusahaan, sedangkan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilihat dari pelatihan karyawan. Hasil studi menunjukkan bahwa perspektif keuangan dianggap cukup baik. Perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, dianggap baik. Berdasarkan penjelasan diatas maka model pengembangan Kinerja Unggul Perusahaan Sektor Jasa di tengah Pandemi Covid 19 dapat digambarkan sebagai berikut :
Berdasarkan gambar diatas maka dapat dijelaskan bahwa Human Capital dibangun melalui prespektif Learning & Growth yang dipantau pertumbuhan nilainya melalui informasi data base kemudian dikembangkan melalaui prespektif internal bisnis proses dengan mengimproving human capital agar inline dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dan dapat menciptakan konsumen baru yang nantinya akan menjamin keberlangsungan hidup usaha.
Perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha,dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan,serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha Seorang wirausaha menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”. Wirausaha adalah orang yang menciptakan bisnis baru dalam
Komentar
Posting Komentar